Minggu, 13 September 2009

UNTUK APA SEBENARNYA OTSUS


Perkembangan kota Timika dalam beberapa tahun ini terbilang cukup pesat. Hal itu bias di lihat dari terus bertambahnya jumlah bangunan megah pada sejumlah titik dalam kota timika. Sayang , kemajuan pembangunan itu, belum sama sekali di rasakan dan di nikmati oleh masyarakat yang bermukim di wilayah pedalaman dan pesisir pantai. Bahkan pembangunan di sekitar kampong Iwaka, Utikini Baru, Bhintuka, Mulia kencana dan kampung – kampung lainnya yang ada di sekitar kota pun belum merata. Hal ini terlihat jelas dengan adanya gubuk-gubuk sebagai rumah tinggal warga meskipun Otsus telah berjalan selama kurang lebih 8 Tahun di tanah adat Papua ini.
Salah satu warga yang tinggal di kampung Bhintuka mengatakan “ Kami di kampung-kampung tidak butuh kantor yang megah, jalan yang mulus, cukup pelayanan kesehatan, pendidikan, dan kebutuhan makanan, penerangan dan air bersih saja sudah cukup” ungkapnya.

Di lihat dari realitas hidup warga pedalaman dan pesisir yang jauh dari pusat kota, jauh teringgal di bandingkan dengan kehidupan orang kota. Banyak warga yang Rumah tinggalnya sangat memprihatinkan, karena secara ekonomi tidak mampu membangun rumah yang layak di huni. Anak-anak dan balita banyak yang mengalami kekurangan gizi, anak usia sekolah juga terpaksa tidak bisa menikmati pendidikan formal.
“Untuk apa sebenarnya OTSUS” kata seorang warga kampung Iwaka Kabupaten Mimika. Otsus sudah berjalan selama 8 tahun. Hasil apa yang telah di capai dengan dana-dana tersebut. Pengakuan masyarakat Papua secarah umum baik itu di pedalaman maupun di pesisir pantai mengatakan Otsus telah gagal. Hal ini di katakana oleh masyarakat karena mereka mengalami ketidak adilan dalam pembangunan yang pada dasarnya adalah ketidakpuasan pelurusan sejarah Papua yang seadil-adilnya.
Kegagalan otsus ini masyarakat telah lemparkan ke pemerintah daerah untuk di lanjutkan ke pemerintah pusat. Akan tetapi, pemerintah pusat sering mengatakan Otsus adalah solusi dan final untuk penyelesaian masalah Papua.

Ungkapan hati rakyat Papua tadi menunjukkan bahwa kegagalan Otsus bukan di rasakan oleh raktyat Papua yang ada di sekitar perkotaan tetapi yang lebih lagi di rasakan oleh rakyat Papua yang ada di pesisir pantai dan pedalaman. Dalam tulisan ini saya ingin menyimpulkan bahwa rakyat Papua adalah korban drama perpolitikan Negara Republik Indonesia dengan para pejabat Papua.

Otsus sudah gagal dan tidak bermodel untuk penyelesaian akar masalah orang Papua. “ Solusi persoalan Papua adalah dialog Internasional dan Refrendum, bukan Otonomi Khusus yang di paksakan”.

LUKA HATI RAKTAT PAPUA
BELUM BERAKHIR....!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar