Minggu, 13 September 2009

MENGAPA KORUPSI MERAJALELAH DI NEGERI INI




Berabad-abad kemudian, undang-undang korupsi di kembangkan di mana-mana termasuk di Indonesia. Akan tetapi, hukum belum juga membrantas korupsi. Jutaan uang suap berpindah tangan setiap harinya, dan milyaran orang menderita konsekwensinya. Korupsi ternyata bertumbuh sangat subur dan rumit sehingga siap meruntuhkan setiap struktur masyarakat, apa saja urusan yang hendak di lakukan, hampir semuanya di selesaikan dengan uang pelicin.

Suap yang di berikan memungkinkan seseorang lulus ujian, mendapatkan SIM, memperoleh teller, mendapatkan posisi yang baik di pemerintahan, atau bahkan untuk memenangkan perkara hokum di meja hijau. Seorang pengacara perancis mengatakan “ Korupsi mirip dengan polusi berat yang membebani semangat orang”.

Penyuapan khususnya merajalela di dunia perdagangan. Berbagai macam perusahaan mengalokasikan sepertiga dari seluruh keuntungan merekanya untuk menyuap para birokrat mereka yang korup.

Kapitalisme kronik-praktek bisnis korup yang mementingkan koneksi, pada zaman orde baru sebagai salah satu pola penyebab jatuhnya resim soeharto dan mengantar Negara ini ke dalam krisis ekonomi yang berkepanjangan.

Salah satu penyebab korupsi adalah sikap mementingkan diri sendiri dan ketamakan. Karena itu orang-orang yang korup tutup mata terhadap akibat perbuatannya, yaitu penderitaan atas orang, dan mereka membenarkan korupsi semata-mata karena mereka mendapat manfaat darinya. Semakin banyak keuntungan materi yang di timbun semakin tamak pula para koruptor itu. Memang ketamakan boleh jadi, bagus untuk mencari uang, namun ketamakan selalu bermain mata dengan korupsi dan pelanggaran hukum.


LAWAN KORUPSI

Pada masa kejayahannya, Imperium Romawi adalah kerajaan terbesar sepanjang sejarah manusia. Perundang-undangan romawi sangat efektif sampai-sampai menjadi dasar kaidah hukum di berbagai Negara termasuk di Indonesia. Akan tetapi kekaisaran romawi memiliki segudang prestasi, legium-legiumnya tidak sanggup menaklukan suatu musuh dalam selimut, korupsi. Akhirnya korupsi turut mempercepat kejatuhan romawi.

Satu terkenal dan menarik adalah ketika Felix, gubernur Romawi mengadili seorang pemuka agama yang bernama Paulus, menyadari bahwa orang yang di introgasi ini tidak bersalah, tetapi Felix seorang gubernur yang paling korup kala itu menunda persidangan, berharap agar Paulus memberinya uang pelicin untuk di bebaskan. Modus semacam ini selalu kita saksikan saat ini dalam kehidupan. Urusan yang seharusnya selesai dengan cepat akan berlarut-larut. Prosedur yang berbelit-belit ujung-ujunnya adalah uang. Selain itu milyaran rupiah di sembunyikan dalam rekening bank rahasia oleh para koruptor. Jelaslah, hanya orang yang naïf saja yang percaya bahwa korupsi telah di taklukan, karena berurat akar. Harus kita menyimpulkan bahwa korupsi bersifat merusak dan salah, karena korupsi secara tidak bermoral, mengambil keuntungan dari keuntungan orang lain.

Tak pelak lagi yang menderita akibat korupsi dan krisis ekonomi adalah orang-orang miskin, orang –orang yang jarang mendapat kesempatan untuk melakukan korupsi atau penyuapan dan juga pelajar, mahasiswa yang sedang menuntut ilmu. Jadi seandainya penduduk miskin di Papua mencapai sepuluh ribu lebih, maka mereka inilah yang paling menderita atas konsekwensi korupsi oleh para koruptor.

PENYEBAB KORUPSI

Mengapa banyak orang memilih menjadi korup dari pada memilih menjadi jujur? Bagi beberapa orang, karena prilaku korupsi adalah jalan paling gampang atau bahkan satu-satunya untuk memproleh apa yang mereka inginkan. Kadang –kadang penyuapan dapat menjadi saran yang tepat untuk menghindari hukuman. Banyak orang sekedar mengikuti yang sudah-sudah, karena melihat para politisi, polisi dan hakim tidak memperdulikan korupsi atau bahkan ikut melakukannya. Korupsi terus merambah kemana-mana hamper ke semua lini, korupsi semakin berterima akhirnya menjadi gaya hidup dewasa ini.

Di negeri ini [Papua] di katakana korupsi telah membudaya. Maka orang bergaji rendah tidak punya pilihan. Mereka harus mau menerima suap kalau ingin hidup layak. Akhirnya ramai-ramailah orang yang berpenghasilan rendah berkorupsi, walau tidak semua pegawai dan karyawan melakukannya.

Langkah kedua dan lebih sulit untuk menghapuskan korupsi dalam segala bidang adalah perubahan moralitas atau hati. Orang harus belajar membenci penyuapan dan korupsi. Dalam majalah “News week” mengatakan supaya pemerintah harus bahwa “Mensyaratkan makna umum dari kebajikan bermasyarakat”. Transpransi international kelompok pelobi anti korupsi, menyarankan penduduknya agar “Menyuntikan benih integritas ke tempat kerja”.

Memang perjuangan melawan korupsi merupakan perjuangan moral yang tidak dapat di menangkan hanya melalui undang-undang atau pedang sangsi hukum. Benih kebajikan dan integritas harus di taburkan ke dalam hati semua orang, agar menjadi warga yang jujur dan tidak berprilaku korupsi. Sehingga terwujud suatu harapan kesejahteraan dan kemakmuran serta kedamaian yang menjadi impian masyarakat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar